Artikel 1
Korupsi, Pertumbuhan,
Kemiskinan
FAISAL BASRI
Pertumbuhan
ekonomi Indonesia terus meningkat, mencapai 6,1 persen pada tahun 2010.
Pendapatan per kapita pun naik lumayan, telah mencapai di atas 3.000 dollar AS
pada tahun yang sama.
Angka kemiskinan dan
tingkat pengangguran juga turun. Masih cukup banyak data lainnya yang
menunjukkan bahwa perekonomian kita mengalami perbaikan. Namun, mengapa
persepsi masyarakat berdasarkan berbagai survei mengindikasikan bahwa keadaan
semakin sulit. Ketidakpuasan terhadap kinerja pemerintah di bidang ekonomi juga
meningkat.Mengapa pedagang kaki lima kian menjamur di kota-kota besar? Mengapa
preman merajalela? Mengapa semakin banyak saja tenaga kerja Indonesia terpaksa
mengadu nasib di luar negeri dengan taruhan nyawa sekalipun?
Tentu ada yang salah
dari proses pembangunan yang dari sosok luarnya menunjukkan perbaikan.
Perbaikan itu pun masih perlu dipertanyakan kualitasnya. Kalau saja pertumbuhan ekonomi cukup berkualitas, tentu tak
akan banyak muncul anomali ataupun kontradiksi. Salah satu penyebab utama
rendahnya kualitas pertumbuhan adalah korupsi. Praktik-praktik korupsi
di segala lini kehidupan menyebabkan investasi terhambat. Pengusaha membutuhkan
dana lebih besar untuk menjalankan usahanya.
Faisal Basri Pengamat
Ekonomi
Sumber artikel :
note
:
Tulisan
berwarna hijau merupakan kalimat penalaran.
Tulisan
berwarna merah merupakan kalimat argumentasi.
Artikel
2
Meski
Ngotot, RNI Tak Mendapat Jatah Impor Daging
JAKARTA,
KOMPAS.com— Meskipun PT Rajawali Nusantara
Indonesia (RNI) sudah berupaya keras untuk bisa membantu mengatasi krisis
daging sapi, Kementerian Pertanian tetap tidak mengeluarkan izin bagi
perusahaan BUMN ini untuk mengimpor daging.
"Alasannya,
kuota impor daging sapi sudah habis. Padahal, kalau
kami bisa diberi izin untuk mengimpor daging, dijamin harga di dalam negeri
bisa ditekan hingga Rp 50.000-Rp 70.000 per kilogram," ujar Direktur Utama
RNI Ismed Hasan Putro di Jakarta.
Harga
daging di sejumlah pasar sempat melambung hingga Rp 100.000 per kg. Selama ini
penanganan masalah pangan seperti krisis daging maupun bawang, tidak pernah
tuntas dan diatasi hanya sesaat. Menurut Ismed, masalah serupa di masa datang
akan muncul lagi. Apalagi jumlah kelas menengah di Tanah Air akan terus
meningkat secara signifikan.
Dengan nada berapi-api, Ismed menyatakan bahwa RNI sanggup jika
diberi kepercayaan untuk mengimpor bawang maupun daging sapi. "Berapapun
jumlahnya kami sanggup untuk mengimpor dan akan menggunakan dana perusahaan
karena kinerja RNI sekarang lebih bagus," katanya.
Ditanya
soal distribusinya, Ismed menyatakan bahwa hal itu tidak menjadi masalah karena
salah satu anak perusahaan RNI bergerak dalam bisnis distribusi, yakni PT
Nusindo.
Ismed
bisa memaklumi jika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kecewa dengan penanganan
krisis bawang dan daging sapi yang tidak bisa segera diatasi dengan cepat oleh
kementerian terkait. "Distribusi kedua bahan pangan ini dilakukan secara
kartel," tambah Ismed Hasan Putro.
Sumber
artikel :
note
:
Tulisan
berwarna hijau merupakan kalimat penalaran.
Tulisan
berwarna merah merupakan kalimat argumentasi.